Home » » SEPIRING KASBI UNTUK PAK GURU

SEPIRING KASBI UNTUK PAK GURU

Written By Frengky_Nayak on Sabtu, 22 April 2017 | 22 April

Nando sembari membawa sepiring kasbi di tangannya.

Jam baru menunjukkan pukul 09.00 WIT, namun perutku sudah terasa lapar. Aku lupa jika pagi tadi hanya minum beberapa teguk air tawar sebelum berangkat mengajar. “Sekarang kitong istirahat,” suaraku mengisi ruangan berdinding papan itu. “Hore,” teriak mereka penuh kegirangan. Lazimnya di sini, saat jam istirahat sekolah, adalah jam untuk sarapan pagi. Tak ada satu pun penjual jajanan layaknya di sekolah-sekolah pada umumnya di Indonesia. Para siswa berduyun-duyun mendatangi rumah masing-masing walau hanya sekedar menghabiskan sebatang kasbi.
Kakiku segera melangkah ke rumah, menuju dapur tanpa dinding. Tak ada sekat pembatas pada bangunan beratap seng itu, hanya sedikit papan yang direkatkan pada tiang-tiang penyangga. Ada juga para-para untuk sekedar tempat makan bersama. Sisanya adalah ruangan bebas, yang siapa saja bisa keluar masuk, termasuk anjing maupun babi. Sumur berada di sisi timur-nya, sementara bagian barat merupakan jalan kecil menuju ruang tengah. Sisi selatan adalah kebun kecil yang ditumbuhi pinang dan langsung menyatu dengan hutan belantara. Dan, bagian utara-nya adalah jalan bebas menuju jalan raya.
Kulihat ada periuk nasi yang masih berada di atas bara api yang mulai mati. Biasanya mama memang membiarkan nasi tetap di atas belangga itu. Siapa yang ingin makan tinggal menciduknya sendiri. Aku agak sedikit heran mengapa tutupnya diletakkan terbalik. “Oh, mungkin biar nasinya cepat dingin. Sehingga ada udara dari dalam yang bisa keluar,” pikirku.Perlahan kubuka wadah yang bentuknya seperti lingkaran itu, yang terlihat hanya air tawar yang tinggal setengahnya saja. Uapnya masih sedikit mengepul. Kututup kembali periuk nasi itu. Kulihat meja dapur di atas para-para, juga tidak ada apa-apa. Kosong.
Sepasang mataku tertuju pada tumpukan kasbi dan petatas di bawah meja. Kulihat ada minyak jelantah di atas penggorengan. Otakku mulai berfikir. “Digoreng, mungkin”. Lalu, kupindahkan periuk di atas tungku itu. Bara api kutiup, agar api menyala kembali. Dua muridku yang sedari tadi bersamaku, Herlina dan Chatrina turut membantuku meniup bara api. Aku meniup kencang-kencang, agar api menyala.
Tak berapa lama, dari ujung jalan sana.Ada suara yang memanggilku. ( Tapi, aku paham kali ini bukan suara mama. Aku baru teringat jika mama, masih ke laut mengurusi beras-beras bulog yang akan dibagikan kepada warga. Lantaran, bapak desaku masih ada urusan di kota. Mama Nyora, istri kepala sekolah yang rajin sekali mengirimiku makanan juga tengah menjual hasil bumi ke kota.)
“Pak guru, a bawa kasbi,” teriak Nando sembari membawa sepiring kasbi di tangannya.
“Sa di dapur, ko pi sini,” teriakku lirih sembari meniup api agar menyala. Kulihat Nando membawa kasbi lengkap dengan seragam merah putih yang masih dikenakannya. “Ko dari mana pu kasbi ini?,” tanyaku lagi.
“Mama su masak, tapi, mama su ke kebung, jadi sa bawa kasbi ini untuk Pak Guru,” jawabnya singkat.
“Wah, terima kasih Nando,” pucuk dicinta, ulam pun tiba (batinku dalam hati).
Pagi itu, saat jam istirahat, kami berempat menikmati sepiring kasbi di atas para-para. Satu per satu kasbi dengan tekstur mempur itu masuk ke dalam perut kami. Sembari terus menggoreng kasbi dan petatas, kami terus mengobrol dan bercanda. Tak terasa tak ada kasbi maupun petatas goreng yang tersisa di piring berornamen bunga-bunga itu.
Kami begitu menikmati pesta sarapan pagi ini. aku pun bahagia menjalani kebersamaan ini. tak ada raut kecewa, karena semuanya dimulai atas dasar cinta. Dan, mulai pagi ini nasi sepertinya bukan lagi menjadi makanan pokokku di sini, sebatang kasbi sudah cukup untuk memulai hari bersama mutiara-mutiara hitam di tanah ini.
Sambrawai, 20 Juli 2016 M / 14 Syawal 1437 H
Note :
Sa / a : Saya
Kasbi : Singkong
Petatas : Ubi Jalar
Mempur (Jawa) : legit / tidak keras dan tidak lembek.
Para-para : Semacam bale-bale untuk bersantai
Ko : Kamu
Pi : Pergi
Su : Sudah
Kebung : Kebun

Sumber: https://web.facebook.com/IndonesiaMengajar/posts/1613489238676779:0
Share this article :
 
Support : Creating Website | Nayak Bloger Cominuty | Kansas_Nayak
Nayak Bloger Comunity © 2017. OPALIMA-WENE - All Rights Reserved
Creating Website Published by Frengky alua
Proudly powered by Nayak Bloger comunity