Home » » Tepatkah Perubahan Nama Dekenat Jayawijaya ?

Tepatkah Perubahan Nama Dekenat Jayawijaya ?

Written By Frengky_Nayak on Sabtu, 19 November 2016 | 19 November




images
Buku sejarah masuknya Gereja Katolik di Lembah Baliem,Jayawijaya.

Pertama-tama Kami mau menjelaskan bahwa artikel ini harus dipublikasikan karena tim yang bekerja secara persuasif demi menjaga nama baik Gereja, tak bisa lagi bertahan dengan sikap beberapa pastor dan pihak Keuskupan Jayapura yang memutarbalikan dan mengabaikan niatan baik Kami untuk beraudiens dengan semua pihak yang ber -kepentingan dalam perubahan nama Dekenat Jayawijaya menjadi Dekenat Pegunungan Tengah, sejak tahun 2015 lalu hingga sekarang.
Pada awal tahun 2015 lalu, beberapa pastor dari Dekenat Jayawijaya, Keuskupan Jayapura telah melakukan perubahan nama Dekenat Jayawijaya menjadi Dekenat Pegunungan Tengah. Perubahan itu dilakukan secara tiba-tiba, tanpa melalui sebuah pengkajian yang cukup dan relevan terlebih dahulu. Bahkan tidak sama sekali melalui sosialisasi dan pengumuman di tiap paroki se-Dekenat Jayawijaya itu sendiri. Hal itu sangat nampak ketika umat Katolik se-Dekenat Jayawijaya yang baru mengetahui dan mengaku ‘kaget’ atas informasi perubahan nama Dekenat Jayawijaya itu dari Tim Peduli Gereja Katolik Jayawijaya dalam audiens bersama umat untuk mengkaji latar belakang dibalik perubahan nama Dekenat Jayawijaya yang sempat memicu banyak tanda tanya kala itu.
Perubahan nama itu sontak menge- jutkan banyak pihak, terutama umat Katolik Dekenat Jayawijaya sendiri, baik yang berada di wilayah Dekenat Jayawijaya maupun Dekenat lainnya di Keuskupan Jayapura serta Keuskupan lainnya di Papua. Menurut penjelasan seorang Pastor, perubahan nama dekenat Jayawijaya menjadi Dekenat Pegunungan Tengah, merupakan hasil usulan beberapa pastor asal Dekenat Jayawijaya di salah satu Biara di Sentani pada tahun 2015 lalu. Perubahan nama dekenat itu terjadi tanpa melalui sebuah rencana awal, atau niat untuk mengubah. Namun perubahan itu terjadi begitu saja dan diterima setelah pengusulan saat itu dan proses penetapan sesudah perubahan pun dilakukan tanpa disertai keputusan resmi dari Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Dlajar, OFM.
Perubahan nama itu walaupun dikatakan tidak melalui sebuah rencana awal, dan tidak lahir melalui keputusan formal bersama Uskup Jayapura, namun perubahan nama itu telah diberlakukan dan kini nama Dekenat Jayawijaya telah dirubah menjadi    Dekenat Pegunungan Tengah, Keuskupan Jayapura, Papua.
Perubahan nama ini dalam per- kembangnnya justru menimbulkan banyak pertanyaan. Sebab nama Pegunungan Tengah  saat ini sangat identik dengan isu pemekaran Provinsi Pegunungan Tengah yang wacananya telah beredar sebelum perubahan nama Dekenat Jayawijaya ini ditetapkan. Namun wacana pemekaran Provinsi itu hingga kini belum jelas. Maka bukan tidak mungkin, jika banyak umat yang kaget dengan perubahan nama Dekenat Jayawijaya yang terkesan mengikuti wacana perubahan nama Provinsi Pegunungan Tengah Papua  itu.
Sebagian Umat  Katolik Jayawijaya juga belum bisa menerima perubahan nama itu, sebab menurut mereka tidak mudah mengubah nama Dekenat Jayawijaya menjadi dekenat lainya. Karena jika mengubah nama Dekenat Jayawijaya menjadi dekenat lain, hal itu sama saja mengubah peradaban gereja Katolik dan eksistensi umat Katolik Jayawijaya dan sejarahnya- termasuk hubungan mereka dengan ajaran-ajaran gereja yang sudah lama berkorelasi dengan nilai-nilai hidup baik umatnya.
Menurut beberapa orang tua, dalam permulaan menerima Gereja Katolik di Lembah Baliem saat itu, telah memakan banyak korban, entah harta benda, waktu hingga nyawa baik di sisi Misionaris hingga masyarakat adat Lembah Baliem saat itu. Untuk itu, perubahan nama Dekenat Jayawijaya menjadi dekenat Pegunungan Tengah dirasa  sangat ‘tidak tepat’ karena tidak melibatkan umat Katolik Jayawijaya sebagai pelaku penerima misi Katolik dan sekaligus sebagai umat Katolik. Di samping itu, menurut pengakuan beberapa pastor dan tokoh-tokoh Katolik awam lainnya, mereka juga ‘tidak sependapat’ jika nama Dekenat Jayawijaya dirubah menjadi Dekenat Pegunungan Tengah, karena beberapa alasan berikut yang merupakan simpulan Tim Peduli Gereja Katolik hasil audiensi yang telah dilakukan sejak tahun 2015 lalu hingga saat ini:
a) Sebutan Dekenat Pegunungan Tengah nampak ‘sangat tidak tepat’, karena secara  geografis wilayah Pegunungan Tengah mencakup wilayah Keuskupan Timika dan Dekenat Pegunungan Bintang sehingga akan sangat ‘rancuh’ dan ‘tumpang tindih’  jika diberi nama Dekenat Pegunungan Tengah, kecuali tidak ada keuskupan Timika dan Dekenat Pegunungan Bintang tadi.
b) Perubahan nama dekenat ini juga ‘tidak diikuti’ adanya data bukti perkembangan jumlah umat dan pembangunan Gereja Katolik di wilayah Pegunungan Tengah lain, di luar Kab. Jayawijaya secara signifikan.
c)Proses perubahan nama Dekenat Jayawijaya ‘tidak sama sekali’ melalui pemberitahuan dan pengumuman (sosialisasi) melibatkan umat  Katolik se – Dekenat Jayawijaya sehingga perubahannya terkesan sangat ‘sepi -hak’.
d) Perubahan nama Dekenat Jawijaya ke Dekenat Pegunungan Tengah juga seakan – akan mengandung unsur ‘konspirasi’ antara Pemerintah Jaya-wijaya dan oknum elit Katolik tertentu untuk tujuan  pemekaran daerah Prov. Pegunungan Tengah dikemudian hari.
e) Istilah Pegunungan Tengah (Gunung) selama ini sangat sarat dengan ‘stigma’ negatif,terhadap orang gunung sehingga jika menggunakan nama Dekenat Pe-gunungan Tengah dikhawatirkan akan terus ‘melestarikan’ stigmatisasi itu.
f) Sejak awal terbentuknya kerja Tim Peduli Gereja Katolik Jayawijaya, sama sekali ‘tidak dihargai’, karena berbagai upaya dialogis yang dilakukan seperti surat audiensi dengan Uskup Jayapura maupun pater Dekan Jayawijaya membahas latar belakang perubahan nama Dekenat Jayawijaya  dimaksud selalu’ ditolak’ bahkan ‘tidak pernah’ ada balasan dan tanggapan balik.
Dengan menyaksikan serta memper- timbangkan berbagai dinamika yang telah di sebutkan di atas, dan tidak adanya niat baik dan keterbukaan pihak Dekenat Jayawijaya bersama pihak Keuskupan Jayapura, maka Tim Peduli Gereja Katolik Jayawijaya bersama seluruh umat Katolik Jayawijaya menyatakan, perubahan nama Dekenat Jayawijaya menjadi Dekenat Pegunungan Tengah adalah  ’sangat tidak tepat’ maka Kami ‘menolak ’perubahan nama tersebut. Oleh sebab itu, harus dikembalikan ke nama yang semula atau nama-nama yang lebih tepat yang mencerminkan distribusi nyata umat Dekenat Jayawijaya yang berada di wilayah Kab Jayawijaya dan sekitarnya.
Selain itu, usulan nama-nama seperti, Dekenat Lapago, Dekenat Lembah Baliem dan Dekenat Hubula perlu dipertimbangkan sesuai dengan perse- baran umat Katolik di Pegunungan Tengah  yang real dan sesungguhnya.*
Sumber: Tim Peduli Gereja Katolik Dekenat Jayawijaya, Keuskupan Jayawijaya 2016.
Posted :frengky
Share this article :
 
Support : Creating Website | Nayak Bloger Cominuty | Kansas_Nayak
Nayak Bloger Comunity © 2017. OPALIMA-WENE - All Rights Reserved
Creating Website Published by Frengky alua
Proudly powered by Nayak Bloger comunity